Wilayah
Tana Toraja juga digelar Tondok Lili'na Lapongan Bulan
tana Matari'allo. Wilayah ini dihuni oleh satu etnis
(Etnis Toraja). Dengan jumlah penduduk kurang lebih
458.000 jiwa. Kurang lebih 650.000 jiwa yang hidup merantau
dan bekerja di luar wilayah Tana Toraja. Suku Toraja
juga memiliki satu bahasa lokal yaitu Bahasa Toraja.
Namun untuk pergaulan secara umum mereka menggunakan
Bahasa Indonesia; di sampin itu sebagian juga dapat
berbahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan Mandarin.
Mereka yang masuk kategori ini adalah putra-putra Toraja
yang bertugas sebagai guide-guide untuk tourist.
Sampai saat ini budaya luar tidak cukup kuat mempengaruhi
cara hidup sehari-hari orang Toraja yang begitu ramah,
hidup rukun, damai dan harminis serta dengan tangan
terbuka menyapa tamu-tamunya untuk datang menyatu
di dalam pesta-pesta adat Toraja baik pesta Rambu
Tuka maupun pesta Rambu Solo.
PENDUDUK
Mayoritas penduduk terdiri dari etnis Toraja, walaupun
ada juga etnis lain yang berada didaerah ini karena
berbagai alasan baik karena hubungan pernikahan, pekerjaan,
kegiatan perdagangan dan lain-lain. Populasi etnis
Toraja sendiri diperkirakan mencapai satu juta jiwa,
namun yang bermukim di daerah ini hanya sekitar 450.000
jiwa, sedangkan sebagian besar lainnya tersebar diseluruh
Nusantara maupun belahan dunia lain.
AGAMA
Lain lubuk-lain ilalang, begitu pula Tana Toraja
yang mempunyai satu kepercayaan Aluk Todolo,
setelah melalui proses akulturasi maupun asimilasi
budaya, di Tana Toraja dapat dijumpai beberapa agama,
antara lain: Kristen Protestan 298.221 jiwa,
Katolik 108.850 jiwa, Islam 37.853 jiwa dan Hindu Toraja 13.145 Jiwa.
BAHASA
Sebagai bagian dari Nusantara Indonesia, bahasa Indonesia
merupakan salah satu bahasa yang digunakan sebagai
bahasa pengantar dalam pergaulan. Namun demikian bahasa
daerah yakni bahasa Toraja (Sa'dan) tentunya menjadi
bahasa yang paling dominan dalam percakapan antara
warga masyarakat, bahkan menjadi salah satu mata pelajaran
muatan lokal yang diajarkan di sekolah dasar.